Pendapat Saya Tentang "Feminisme perempuan jaman now"
Cari Berita

Iklan 970x90px

Pendapat Saya Tentang "Feminisme perempuan jaman now"

Selasa, 23 Juni 2020


Penulis : Miftahul Jannah, STIKES yogyakarta

Bima, Peloporntb.com - Secara umum, kita biasa mengartikan bahwa feminisme merupakan gerakan yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Secara bahasa feminisme berasal dari kata femina (latin) yang artinya perempuan. Bicara feminisme adalah perkara yang gampang-gampang susah, susah karena sangat banyak interpretasi dan konsep-konsep yang tidak populis dan sulit dipahami. Di sisi lain feminisme sangat mudah untuk dicerna ketika kita sandingkan dengan perkembangan zaman. Feminisme hari ini berbeda dengan feminisme yang muncul beberapa puluh tahun lalu.

Di sekitar kita, gerakan feminisme seolah seperti women sentris, terlalu keras meneriakkan bahwa perempuan harus punya derajat yang sama dengan laki-laki, perempuan harus lebih kuat, harus lebih wow dibandingkan dengan laki-laki. Tentu saja feminisme yang seperti itu timbul karena pengaruh budaya patriarki kolot yang sangat kuat. Sehingga muncullah satu mis-asumsi feminisme yang kolot pula. Di sisi lain, sebenarnya hari ini gerakan feminisme kita sudah cukup progresif karena pengaruh perkembangan zaman yang berkembang progresif pula.

Hari ini bisa kita lihat bahwa mereka yang feminis justru tidak meneriakkan feminisme dengan lantang, sebaliknya mereka yang meneriakkan feminisme dengan terlalu lantang justru merduksi arti feminisme itu sendiri. Karena feminisme hari ini bukanlah feminisme yang women sentris seperti zaman dahulu kala. Hari ini konstruksi sosial dan konstruksi kultural kita mengaburkan batas antara jenis kelamin yang merupakan sesuatu bersifat given dengan gender yang merupakan hasil konstruksi.

Sering kita pahami bahwa laki-laki harus mengemban peran publik dalam rumah tangga seperti mencari nafkah materi dan membangun relasi sosial, sedangkan wanita hanya bertugas di ranah domestik (memasak, mengurus bayi, mencuci, bersih-bersih rumah dan sebagainya). Sehingga dari konstruksi itulah muncul satu kegiatan yang sifatnya feminim dan maskulin. Seperti menyiram tanaman, mencuci baju, memasak, menjahit pakaian yang rusak dikategorikan sebagai aktivitas feminim. Aktivitas maskulin biasa kita tahu seperti berolahraga, bekerja kasar, memperbaiki motor, berkelahi, dan sebagainya.

Dari hasil konstruksi itulah kemudian membentuk keyakinan dalam diri masyarakat bahwa tidak seharusnya seorang laki-laki menjadi sekretaris dalam organisasi, tidak seharusnya seorang laki-laki menjadi social mother dalam rumah tangga. Hingga akhirnya diwariskan pada generasi-generasi selanjutnya tanpa ada satu rasionalisasi dan landasan sejarah yang kuat. Proses pewarisan seperti inilah yang nantinya akan menjadikan masyarakat kita sebagai masyarakat yang cupet, dan tidak terbuka terhadap perubahan.

Sehingga sangat marak terjadinya tindakan yang tidak manusiawi, misal dicibir, dihakimi, dipermalukan di depan umum, diasingkan, dan sebagainya, ketika ada satu atau beberapa orang yang keluar atau sengaja mengeluarkan diri dari konstruksi sosial. Sebenarnya peran gerakan feminis hari ini lebih fokus kepada bagaimana melawan penindasan yang dibentuk oleh konstruksi sosial yang tidak arif. Konstruksi sosial yang tidak arif melahirkan generasi yang cupet tadi.

Nah, peran feminisme hari ini memperlihatkan keberpihakannya pada varietas manusia dalam mengambil peran sosial. Karena mikrokosmis pada tempurung otak manusia itu berbeda-beda. Ada mereka yang lebih nyaman sebagai laki-laki yang mengemban peran Social Mother. Ada mereka yang lebih nyaman sebagai perempuan yang mengambil peran sebagai tokoh publik. Sebagai kaum feminis yang arif, itu berarti bahwa peran sosial yang diambil setiap manusia wajib kita hargai tanpa memberatkan konstruksi gender yang ada.(TIM)