Aksi Demo Korps Pemberdayaan Perempuan LDK Stisip MB, Tuntut Hentikan Kekerasan Terhadap Perempuan
Cari Berita

Iklan 970x90px

Aksi Demo Korps Pemberdayaan Perempuan LDK Stisip MB, Tuntut Hentikan Kekerasan Terhadap Perempuan

Minggu, 07 Maret 2021

 

Ketua KPP UKM LDK Stisip MB
Foto : Billy PeloporNTB


Kota Bima, PeloporNTB.Com - Korps Pemberdayaan Perempuan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM LDK) Stisip Mbojo Bima, mengadakan aksi demonstrasi dalam rangka Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Senin (8/3/2021).


Aksi demo Korps Pemberdayaan Perempuan UKM LDK itu bertajuk “Hentikan Segala Bentuk Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan, Hapus Impunitas Pelaku Kekerasan Seksual serta Wujudkan Pemulihan Komprehensif bagi Korban!"


Aksi tersebut dilakukan dengan cara teat rikal dan mengadakan mimbar bebas di 3 titik yaitu depan Dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak kabupaten bima, kapolres bima kota dan depan pemkot bima.


Peserta yang ikut dalam aksi tersebut sekitar 20 orang, mereka membawa bendera kebanggaan UKM LDK Stisip Mbojo Bima. Tak lupa mereka juga melakukan orasi tentang bagaimana seharusnya diperlakukan di masyarakat.


Korlap Aksi, Dewi Rosmiati selaku ketua Korps Pemberdayaan Perempuan UKM LDK Stisip Mbojo Bima dalam aksi ini mengatakan bahwa selama ini ia prihatin terhadap stereotip perempuan dalam masyarakat, dimana perempuan masih sering dianggap lemah.


“Perempuan ini dalam strata sosial seharusnya sederajat sama laki-laki tapi secara struktur sosial Yang ada di masyarakat perempuan ini masih dianggap lemah,” ujarnya.


Dewi Rosmiati yang merupakan mahasiswa Stisip Mbojo Bima ini berharap dengan adanya aksi ini masyarakat dapat lebih mengetahui bagaimana cara memperlakukan perempuan dengan baik dan benar.


“Bagaimana memperlakukan perempuan seutuhnya bukan menjadi objek yang bisa seenaknya sendiri diperlakukan,” kata Dewu Rosmiati.


Hari Anti Kekerasan terhadap perempuan ini diperingati secara Internasional.

Peringatan ini berangkat dari peristiwa bersejarah yang terjadi di Republik Indonesia, dimana pada waktu itu merupakan hari wafatnya Marsina di culik dan diperkosa pemimpin diktator.


Marsina diperkosa sebelum dibunuh karena marsina merupakan orang yang sangat gencar dalam melakukan perlawanan terhadap kepemimpinan diktator yang mengabaikan keberadaan perempuan. (PB-01)