Akademisi sorot Walikota Langgar Prokes, Ketua ISNU ; Kurang Kerjaan Saja
Cari Berita

Iklan 970x90px

Akademisi sorot Walikota Langgar Prokes, Ketua ISNU ; Kurang Kerjaan Saja

Kamis, 01 Juli 2021

 

Ketua PC ISNU Kota Bima
Foto : Billy PeloporNTB

Kota Bima, PeloporNTB.Com - Beredarnya vidio walikota yang nyanyi tanpa menggunakan masker menuai perdebatan di tengah publik kota bima, sampai menggelitik kalangan akademisi untuk ikut mengomentari hal itu. 


Apa yang menjadi sorotan itu sebenarnya hak siapapun untuk mengomentari, tetapi tentu saja harus dalam kaidah kesantunan dan kesopanan bernarasi. "Tidak harus langsung menyerang dan menyudutkan kepala daerah seolah-olah telah melakukan tindakan kejahatan. Ada diksi-diksi pernyataan yang tidak boleh menghilangkan ciri pemikiran akademis" tutur Muhammad Ardiansyah, ST

Ketua PC ISNU Kota Bima, Jum,at (2/7/2021).


"Walikota sudah meminta maaf atas hal tersebut sebagai sesuatu hal yang tak sengaja terekspose, karena terjadi pada hajatan pernikahan, beliau dipaksa untuk bernyanyi, dan tidak enak untuk menolak. Masa orang nyanyi harus pakai masker?, kalau seperti itu dipermasalahkan, betapa banyak orang yang harus disalahkan? Bagaimana dengan biduan-biduan dan musisi yang mengais nafkah dari dunia hiburan, apakah mereka semua dibatasi? Lagipula saat hadir itu, walikota mengenakan masker, cuma videonya dipotong lalu digoreng-goreng untuk pembentukan opini negatif" Ucapnya.


Akan lebih penting mungkin jika akademisi mengambil bagian dan peran kritis untuk ikut menelaah beberapa kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik dan percepatan pembangunan. Mengkritik dan bersikap kritis itu tidak sama, kalau mengkritik itu siapapun bisa, apalagi dengan modal paket data langsung umbar kalimat di media sosial. Kalau sikap kritis, tentu lahir dari konstruksi nalar akademis yang bersifat membangun, solutif dan terkomunikasikan dengan baik. Jangan sampai ada orang mengaku akademisi tetapi justru cara bernarasi dan pola komunikasinya sangat buruk, dengan pemilihan diksi kalimat yang provokatif dan pejoratif. 


Saya meyakini, Walikota ini sangat terbuka dengan dialog yang menawarkan gagasan untuk kemajuan daerah, diskusi non formal di mana saja tanpa terikat dengan sistem keprotokolan yang kaku. Kalau akademisi menjadikan media sosial dan berkomentar personal tanpa menjunjung tinggi spirit almamaternya, itu bisa menjadi penanda bahwa ada yang tidak beres dengan iklim akademis dan intelektualitas kita di daerah. 


Kita ini kadang suka mengkritisi hal-hal yang tidak substantif, seperti kurang kerjaan saja, padahal masih banyak hal lain yang harus menjadi perhatian. 


Lewat media ini mewakili pengurus dan anggota ISNU kota bima, saya menghimbau dan mengajak semua pihak untuk mengakhiri polemik dan perdebatan yang tidak perlu, saatnya kita fokus dan bersatu melawan pandemi ini, kalaupun walikota dianggap melanggar prokes covid kita ingatkan beliau secara baik-baik, tanpa harus menghujat dan menghakimi. (BL-01)