Politik Jalan Dakwa
Cari Berita

Iklan 970x90px

Politik Jalan Dakwa

Selasa, 06 Februari 2024

 



Foto : Billy Pelopor NTB 

Uzt. Ibrahim, S.Pd. Wakil PPP Putra Sakuru Tampil Jadi Caleg


( Penulis : Bang Ady, Dosen Universitas Mbojo – Bima NTB )


Bima, Poloporntb.com - Bagi sebagain orang politik adalah alat perjuangan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik, untuk meraih cita – cita negara sebagaiman yang tertaung dalam konstitusi. Setiap partai politik punya platfom perjuangan yang dapat saja di sebut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, dan itu umumnya di miliki oleh setiap oraganisasi, demikian adanya organisasi politik yaitu partai politik. Setiap partai politik punya corak dan warna masing – masing yang tentunya tidak bertentangan dengan konstitusi. 


Secara umum Indonesia memiliki corak partai nasionalis dan agamis. Partai yang berlabel agama dapat saja disebut sebagai partai yang bercorak agama, atau cenderung agamis, dan itu tidak saja dari parati islam. Pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa “ bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagaiman ditetapkan dengan undang – undang “. Artinya dalam konteks partai politik sebagai suatu organisasi, partai apapun dengan coraknya, syah jika tidak bertetangan dengan konstitusi, apalagi partai islam yang merupakan warga mayoritas di negeri ini.


Politik hemat penulis dapat saja menjadi jalan dakwah bagi siapapun yang menjalakanya. Jika kita Kembali kepada sejarah islam bagaimana tonggak politik di mulai, yaitu dapat kita lihat pada masa di langsungnya perjanjian Hudaibiah. Konsep ini sejalan dengan tonggak politik bangsa Indonesia yaitu pada saat di kumadangkanya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Oleh karena itu ada hubungan yang kuat antara islam dengan kemerdekaan bangsa ini. sebagaimana kita tahu bahwa intelektual muslimlah yang mewarnai bangs aini merdeka seperti KH. Agus Salim, Bung Hatta dan yang lainya.


Salah satu putra terbaik desa sakuru yaitu Uzt. Ibrahim, Spd., uzt. Yang berprovesi sebagai dai dan pendakwah ini memilih politik sebagai jalan dakwa, apa lagi partai yang dinaunginya adalah partai yang bercorak islam yaitu Partai Persatuan Pembangunan yang berlambang ka’abah. Barang kali konsep partai ini dengan berlambang ka’bah ingin membawa bangsa ini pada suatu kondisi yang islami sebagai warga negara yang mayoritas, terlebih jika kita melihat kabupaten Bima secara umum yang mayoritas muslim. 


Kondisi masyarakat madani yang hidup berdampingan dengan agama dan kepercayaan apapun pada masa islam berjaya ingin Kembali dihadirkan oleh partai ini, dengan harapan meneruskan perjuangan dakwahnya Uzt. Ibrahim, harapanya jika duduk dikursi parlemen akan ada banyak hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk dakwah bagi kemaslahatan umat. Peran Lembaga legislativ baginya sangat startegis sebagai jalan dakwah jika beliau mendapatkan amanah dari rakyat untuk duduk diparlemen. Fungsi, control, fungsi legslasi dan fungsi badegeting akan dapat berjalan maksimal jika masyarakat dapilnya yaitu meliputi kecamatan Woha, Monta dan kecamatan Parado memberikan amanah kepadanya.


Bermodal semangat, niat yang tulus dan motivasi yang tinggi untuk berjuang dan berbuat untuk rakyat. Uzt Ibrahim seolah ingin mengajarkan kepada kita semua bahwa berpolitik harus dimulai dari hati dan niat yang tulus untuk berdakwah di jalan Allah dan meneruskan perjuang Rasulullah untuk kemsalahan umat. Uzt. Ibrahaim seperti mengingatkan kembali pasan yang sampaikan oleh Rasullulah sebelum wafatnya, ummati, ummati, ummati, dalam konteks sekarang dapat kita sebut rakyatku …, rakyatku…, rakyatku atau masyarakat ku…


Kerisauanya terhadap umat inilah yang juga menjadi spirit uzt. Ibarahim hadir bersama dengan partai pilihanya, yaitu partai PPP. Bagi Sebagian orang tampil menjadi caleg membutuhkan modal yang besar, namun bagi uzt. Ibrahim tidak demikan, berpolitik baginya bukan trasaksional tetapi lebih menjunjung tinggi moralitas dan nilai – nilai agama khusunya islam yang diimani. Dengan jiwa raga dan niat yang tulus untuk berjuang bagi kemaslahatan umat uzt. Ibrahim tampil. 


Hemat penulis “ bahwa politik sesunggunya dapat kita maknai sebagai sebuah proses menyeleksi, memilih dan menentukan pemimpin di masa depan, melalui pemilihan umum, dimana pemimpin itu diantarakan melalui kendaraan politik yang sebut partai politik “. Oleh karena itu pilih pemimpin yang amanah dengan cara – cara yang terhormat dan bermartabat, itu artinya jika kita dapat melakukan hal demikian sama artinya kita menjunjung tinggi martabat dan derajat kita di hadapan manusia dan dihadapan Tuhan Yang Maha esa Allah SWT. 


Jangan sampai proses politik menghinkan dan merendahkan diri kita hanya untuk kebutuhan dan kepentingan sesaat yang menciderai iman kita dan proses demokrasi yang tumbuh dan berkembang. Di satu sisi juga merugikan desa kita jika ada caleg yang tampil dimana kita tinggal. Jika cara kita memilih pemimpin salah, jangan harap meraih kehidupan yang lebih baik dalam konteks bernegara dan bermasayarakat akan lebih baik, karena pemimpin yang baik lahir dari masyarakat yang menjungnjung tinggi nilai – nilai yang diimani.


Money politik yang marak terdajadi hari ini, sesunggunya dapat merusak iman kita sebagai seorang muslim, dan merendahkan martabat kita sebagai jiwa yang merdeka. Sebagai hamba yang beriman dan berketuhanan sewajarnya kita menjaga sikap kita dan cara – cara yang tidak dibenarkan dalam agama dan kepercayaan kita, karena sesunggunya hemat penulis politik jalan dakwah, dakwah kita baik sebagai pemilih maupan yang dipilih, dengan kata lain tugas kita bersama sesunggunya adalah menyadarkan kepada siapaun bahwa politik harus menjunjung tinggi nilai – nilai keimanan sebagai umat yang beragama.


Akhirnya harapan uzt. Ibrahim, S.Pd., duduk di kursi parlemen sangat mengaharapkan  dukungan dan do’a – do’a kita sekalian, agar dakwahnya dalam konteks yang lebih besar dapat diteruskan sebagiamana meneruskan perjuang Rasulullah membangun umat yang lebih baik dunia dan akhirat, dan meraih kebahagian dunia akhirat sebagai mana do’a – do’a kita bersama Rabbana atinaffidunia khasanah, wafil akhirati khasanah wakina azabanar. (Redaksi)